telusur.co.id - Masih sedikitnya lulusan perguruan tinggi yang fokus pada dunia usaha dan inovasi, Bahlil Lahadalia mengajak mahasiswa untuk fokus menjadi Insan pencipta. Hal ini disampaikan Menteri Investasi RI ini pada Kuliah Umum Perdana Semester Genap Universitas Insan Cita Indonesia.

Berdasarkan hasil riset yang dilakukan HIPMI bersama Universitas Indonesia beberapa waktu lalu, Bahlil menyebut bahwa, mayoritas mahasiswa berkeinginan untuk bekerja sebagai karyawan. Hanya segelitir yang berminat di dunia usaha dan inovasi. 

Padahal indikator negara maju adalah jumlah pengusaha harus minimal 14% dari total jumlah penduduk. Dengan kemudahan mengurus perizinan dan digitalisasi menurut Bahlil adalah kesempatan mahasiswa untuk mulai mandiri.

“Jangan berharap lulus kuliah jadi PNS, karyawan misalnya. Kita dengan potensi dan jejaring yang kita miliki harus lebih dari itu,” tutur Bahlil menyemangati mahasiswa UICI dari dua angkatan. Selasa, (01/3/2022).

Ia juga mengingatkan di dunia ini hanya dua yang bertitel “MAHA”. Selain Tuhan, maka ia adalah Mahasiswa. 

 “Kalau sudah Maha maka berfikir dan bertindaklah diluar kapabilitas seorang siswa,” tegasnya.

Mantan Ketua Umum HIPMI ini juga menyemangati mahasiswa agar tidak berkecil hati berkuliah di kampus UICI yang masih baru. Ia menyebut bahwa, besar kecilnya Kampus tidak bisa menjamin kesuksesan dan masa depan mahasiswa. 

Ia mencontohkan dirinya yang berkuliah di kampus kecil di Papua. 

“Menurut saya UICI ini pilihan yang paling tepat. Meskipun ia masih baru, fasilitasnya belum lengkap. Tapi UICI memiliki jejaring yang sangat kuat,” sambungnya menyemangati. 

Seperti diketahui, Universitas Insan Cita Indonesia adalah kampus baru yang izin pendiriannya dari Kemendikbud Ristek RI pada 30 Desember 2020. Kemudian diumumkan oleh Presiden RI pada 15 Januari 2021. Terhitung baru berusia satu tahun. 

“Meskipun UICI ini kampus baru, kami sudah meraih beberapa pencapaian dan menjalin kerjasama dengan banyak Lembaga dan perusahaan,” tutur Rektor Universitas Insan Cita Indonesia, Prof Laode Masihu Kamaluddin.

Prof Laode menjelaskan bahwa, seperti harapan Presiden RI kepada UICI, untuk fokus pada penanganan 9 juta talenta digital dan digital leadership. Jumlah ini adalah kebutuhan negara untuk menyambut Indonesia Emas 2045. (ari)