telusur.co.id - Sosok yang sedang hangat diperbincangkan tentang kontroversi seluk beluk poligami hingga membuat mentoring poligami yakni Hafidin menjadi perbincangan warga net. Hafidin atau yang lebih dikenal dengan sebutan Coach Hafidin.

Hafidin menjadi buah bibir warganet karena statementnya mengenai poligami yang menganggap poligami digunakan untuk menghindari perbuatan zinah karena libido yang tinggi. Dalam perbincangannya bersama Narasi TV, Hafidin memberikan pernyataannya terkait dunia poligami.

Kyai Haji Hafidin sebenarnya adalah pendiri pondok pesantren Ma’had Yasma di kota Serang, Banten. Hafidin mempunyai 4 orang istri, dan 25 orang anak hasil pernikahannya bersama 6 orang istri (2 orang sudah ia ceraikan).

Alasan ia menceraikan salah satu istrinya inilah yang membuat ia dikecam oleh warga net yang menilai ia berpoligami hanya karena nafsu seksual saja. 

Hafidin mengatakan, alasan menceraikan istrinya yang kedua itu karena ia manopouse “Yang kedua itu karena manopouse tiba-tiba, sudah manopouse terus saya bilang, saya masih ingin punya anak banyak, sedangkan yang satu lagi karena saya menolong seorang janda ternyata takdirnya tidak layak untuk diteruskan,” ucapnya.

Menikah dengan keempat orang istri pasti menimbulkan rasa cemburu seorang istri. Hal ini juga diamini oleh Hafidin. Ia mengatakan,“ Cemburu itu adalah pasti, tapi tidak sampai menimbulkan masalah. Karena apa, cemburu bisa dikelola menjadi keindahan, asal rumah tangganya sudah benar. Jadi gini, istri cemburu itu wajar, manusiawi, tapi cemburu bisa menjadi hal yang indah, kalau penataan rumah tangganya bagus,” ujarnya. 

Dalam menjalankan praktek poligaminya pun, ia mengaku tidak izin kepada istri keduanya. Poligami yang pertama, ia izin kepada istri pertama, dan diantarkan. Namun selanjutnya, ia mengaku tidak izin kepada istri keduanya jika akan menikah lagi. 

“Nggak, saya nggak mau, makanya saya tahunya, istri dibawa pulang saja seperti istri yang ini. Waktu saya mau menikah, istri saya tidak tahu kalau saya mau menikah. Saya nikah saja pas mau walimah di rumahnya, baru kasih tahu. “Ayah mau ke Tasik, mau walimah istri yang keempat,” jelasnya. 

Ia pun merasa tidak perlu untuk izin kepada istrinya jika ia ingin menikah lagi. Karena ia menganggap untuk apa izin persetujuan kepada istri.  

“Nggak, nggak ada kan istri manut saja sama saya”.  

Ia pun juga meyakini, jika istrinya tidak ada yang tersakiti karena poligaminya tersebut.  

“Kan tidak merasa tersakiti, buktinya begitu, tidak perlu didramatisir,” lugas Hafidin. 

Pengakuan keempat istrinya bisa menjadi istri istri Hafidin juga tak lepas dari perjodohan, perjodohan tersebut juga perjodohan dari pihak keluarga perempuan. Selain itu, ada pula istri yang dari santri pondok pesantren milik Hafidin. 

Perjalanannya menjadi mentor pun tidak ada niatan menjadi mentor poligami, karena itu menurutnya adalah sebuah privasi. 

“Realitanya berbeda, masyarakat membutuhkan ilmu tentang poligami, saat ini sudah ada sekitar 25 klien lebih alasan mereka mau berpoligami karena libido mereka naik mau berzinah takut mau berpoligami tidak tahu ilmunya mereka, makanya mencari saya,” ungkapnya. 

Hafidin pun mempunyai keyakinan bahwa, poligami pun akan terus berlanjut akan terus berlanjut.  

“Polemik poligami akan terus berlanjut sampai ke depan, saya punya keyakinan, tahun 2025 itu semarak poligami akan semakin menguat. Karena Islam sudah kembali sekarang kemenangan di taliban.  

“Sudah terjadi, umat islam sudah punya kesadaran yang bagus, maka seiring dengan itu pula, poligami akan menjadi penting membuat semarak di masa yang akan datang, banyak suami yang ingin poligami, tapi belum siap, makanya saya nongkrong di sini,” tutup KH Hafidin. (man/ari)