Membaca Perekonomian Indonesia : 2 Tahun Jokowi - Ma’ruf - Telusur

Membaca Perekonomian Indonesia : 2 Tahun Jokowi - Ma’ruf


Oleh : Wijianto

Semenjak periode Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Wakil Presiden, Ma’aruf Amin memimpin Republik Indonesia masa jabatan 2019-2024, Kabinet Indonesia Maju telah dibentuk yakni tepat pada 23 Oktober 2019. 

Pemerintahan Indonesia dengan formasi Kabinet baru telah melakukan kinerja pertamanya dalam mengarungi lika-liku program kerja pembangunan ekonomi nasional untuk negara Indonesia, saat ini  Pemerintahan Jokowi dan Ma’ruf Aminsudah genap berjalan 2 tahun pada Sabtu (23/10/2021) kemarin, lantas bagaimana pencapaian kinerja pemerintahan Jokowi-Maruf dari sisi perekonomian Indonesia, Apakah menunjukan kinerja yang lebih baik atau justru makin susah dari pada periode pemerintahan kabinet sebelumnya. 

Salah satu peristiwa yang tidak dapat kita lewatkan bersama yakni sejak setahun pertama mengarungi pemerintahan Indonesia Jokowi-Ma’ruf telah dihadapkan dengan berbagai rintangan seperti badai pandemi dan ketidakpastian ekonomi dalam tahun pertama dan kedua. Secara keseluruhan, pandemi memang menciptakan guncangan keras terhadap perekonomian. 

Namun, di sisi lain, kinerja ekonomi lain malah mengalami perbaikan. Satu demi persatu harapan pelangi dalam perekonomian dalam melanjutkan kinerjanya yakni dengan seperti adanya program pemulihan ekonomi yang dicanangkan oleh Kemenko Perekonomian RI di bawah pimpinan Airlangga Hartarto, kemudian kebijakan yang sinergis dan stimulus simpul elemen perekonomian lainnya seperti dari Bank Indonesia (BI) di bawah pimpinan Perry Warjiyo dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) di bawah pimpinan Wimbo Santoso yang telah menjaga kestabilan dalam menjaga perekonomian Indonesia baik secara makro ataupun mikro sehingga perekonomian Indonesia tetap berkelanjutan tiap tahun.   

Jelasnya, salah satu catatan capaian pemerintah dalam dua tahun terakhir di bidang ekonomi adalah pemerintahan Jokowi-Ma’ruf telah menjalin kerjasama yang kolaboratif dan berdaya bersama di antaranya Kemenko Perekonomian RI di bawah pimpinan Airlangga Hartarto dengan program pemulihan ekonomi nasional (PEN). 

Selanjutnya, kebijakan yang sinergis dan stimulus seperti dari Bank Indonesia dibawah pimpinan Perry Warjiyo dengan kebijakan ekonomi secara sentral dan makro prudentialnya dan Otoritas Jasa Keuangan RI di bawah pimpinan Wimbo Santoso dengan program utama menjaga staibilitas sistem keuangan, telah berhasil menahan kontraksi ekonomi di tahun 2020 dimana pandemi yang telah melanda dunia berdampak pada ketidakpastian dalam perekonomian. 

Dan pada saat itu juga, perekonomian Indonesia dapat bertahan dan bertahan menghadapinya sehingga menjadi catatan tersendiri bahwa perekonomian pada saat itu dapat bertahan yakni sebesar -2,07% year on year (yoy) dan ini menjadikan Indonesia menempati peringkat ke-4 di antara negara G20.  

Capaian tersebut tentunya tidak terlepas dari keberhasilan upaya pemerintah dalam pengendalian pandemi Covid-19. Memasuki tahun 2021, penguatan pengendalian pandemi juga berhasil mendorong ekonomi Indonesia untuk tumbuh sebesar 7,07% (yoy) di Triwulan II 2021. 

Peristiwa ini menjadi catatan sejarah baru bagi perekonomian Indonesia dibawah pimpinan Jokowi-Ma’ruf bahwa, pertumbuhan pada periode ini merupakan pertumbuhan tertinggi dalam 16 tahun terakhir. Jika tren ini bisa dipertahankan hingga akhir tahun, maka kenaikan surplus akan lebih tinggi daripada tahun-tahun sebelumnya. 

Roda Penggerak Perekonomian Indonesia 

Dari sisi penggerak ekonomi konsumsi Pemerintah Jokowi-ma’ruf terus memegang peranan aktif dalam mendongkrak pertumbuhan ekonomi selama pandemi, termasuk di Triwulan II-2021.

Alhasil, upaya ini dapat mendorong peningkatan pada komponen konsumsi rumah tangga dan investasi. Pulihnya permintaan domestik telah mendorong perbaikan aktivitas produksi sehingga membuat seluruh sektor mengalami pertumbuhan positif di Triwulan II 2021. 

Pemulihan yang terjadi di berbagai sektor utama, seperti sektor industri pengolahan, sektor perdagangan, sektor konstruksi, serta sektor transportasi dan pergudangan mencerminkan aktivitas ekonomi sudah mulai bangkit kembali. 

Selain itu, terjaganya daya beli masyarakat selama pandemi dapat terwujud karena inflasi yang terjaga dengan stabil di level rendah. Upaya pengendalian inflasi yang melibatkan Pemerintah dan seluruh stakeholder terkait berhasil menjaga inflasi di level 1,68% (yoy) pada tahun 2020. Hingga September 2021, inflasi juga masih terjaga rendah dan stabil di level 1,60% (yoy). Jika menilik 5 tahun ke belakang, capaian inflasi Indonesia konsisten dalam tren menurun.  

Meski begitu, catatan tambahan perlu diberikan karena terjadinya peristiwa ini merupakan karena tidak adanya pergerakan yang aktif dalam perekonomian, ketidakpastian ekonomi pada saat ini merupakan bukan karena adanya dampak peristiwa dari faktor ekonomi global namun matinya perekonomian karena tidak bergeraknya simpul-simpul perekonomian sehingga tidak dapat ditarik kesimpulan bahwasanya ketidakpastian ini merupakan efek langsung dari dampak ekonomi global. 

Lebih lanjut, keberhasilan ini tidak terlepas dari komitmen pemerintah dalam membenahi fundamental ekonomi antara lain melalui perbaikan infrastruktur. Sementara dalam hal investasi, baik Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dan Penanaman Modal Asing (PMA) mengalami kenaikan. PMDN dan PMA semester I tahun 2021 masing-masing bisa naik 3,5 persen dan 16,8 persen, Ini tentu akibat transformasi perekonomian melalui Undang-Undang Cipta Kerja.  

Berdasarkan data yang telah dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) sebelumnya pada kuartal sebelumnya telah menunjukan pertumbuhan perekonomian yang berkelanjutan. Proyeksi menjelang akhir Q3-2021, berbagai leading indicator menunjukkan prospek yang baik.

Dampak lonjakan kasus varian delta berhasil dimitigasi sehingga aktivitas ekonomi kembali menguat yang tercermin dari Indeks PMI Manufaktur Indonesia yang kembali di level ekspansif dan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) juga kembali meningkat di bulan September 2021. 

Potensi Ekspansif Indeks PMI Manufaktur dan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) 

Dalam data terbaru Purchasing Managers Index (PMI) manufaktur Indonesia telah mencatatkan ekspansi yang sangat kuat ke level 52,2 pada September 2021. Angka tersebut meningkat dibandingkan sebelumnya yang tercatat 43,7 pada Agustus 2021. 

Kenaikan angka PMI manufaktur tersebut sangat menggembirakan dan tentunya akan membawa hal yang positif bagi pertumbuhan ekonomi triwulan III 2021.  

Kemenkeu juga memproyeksikan bahwa, ekonomi triwulan III 2021 akan mencapai angka 4% sampai 5%, sehingga secara keseluruhan 2021 akan berkisar 3,7% hingga 4,5%, sehingga dapat diperkirakan bahwa konsumsi masyarakat ke depannya juga akan membaik dan memang sudah terlihat tanda-tandanya antara lain dari indeks keyakinan konsumen (IKK) dan indeks penjualan ritel (IPR). 

Maka dari itu, angka-angka ini perlu untuk dipantau ke depan. Lebih lanjut lagi bahwa, perbaikan ekspansi PMI manufaktur Indonesia masih belum diikuti banyak negara yang masih menghadapi tantangan yang sangat kuat dari varian delta Covid-19.  

Potensi Ekspansif dari Perbaikan PMI manufaktur RI tersebut salah satunya disebabkan oleh pelonggaran restriksi di tengah penurunan kasus covid-19 yang memungkinkan sektor manufaktur untuk kembali bertumbuh pada September 2021, setelah terkontraksi cukup dalam yang terjdi pada Juli 2021 yakni 40,1. 

PMI Manufaktur Indonesia yang telah melonjak menjadi 52,2 pada September 2021 dari 43,7 pada bulan sebelumnya. Angka tersebut mewakili kembalinya ekspansi untuk sektor ini setelah dua bulan berturut-turut jatuh, di belakang pelonggaran pembatasan Covid-19 di beberapa wilayah negara. Output dan pesanan baru tumbuh setelah dua bulan mengalami penurunan tajam, di tengah peningkatan baru dalam tingkat pembelian.  

Sementara itu, permintaan luar negeri tetap lemah karena kesulitan pengiriman, sementara lapangan kerja tetap terhambat oleh gangguan virus corona. Namun demikian, pekerjaan yang terakumulasi terakumulasi selama 7 bulan berturut-turut, dan dengan kecepatan tinggi.  

Tekanan harga tetap ada, dengan inflasi biaya input tetap cepat karena kenaikan biaya bahan baku sementara inflasi harga output mencapai level tertinggi dalam hampir tiga tahun ke depan. 

Kemiskinan dan Pengangguran Menurun 

Merujuk pada data Badan Pusat Statistik (BPS) yang telah terhimpun sebelumnya, menunjukan jika terjadi pola penurunan tingkat pengangguran terbuka di Indonesia itu justru mulai terjadi saat pertumbuhan ekonomi nasional masih minus 0,7% secara year-on-year (YoY) pada Februari 2021. 

Di kuartal pertama 2021 pertumbuhan ekonomi negara Indonesia secara year-on-year masih minus sebesar 0,7%. Akan tetapi tingkat pengangguran terbuka itu sudah turun 0,81 percentage poin.  

Data angka pengangguran yang terus mengecil ini jadi pertanda bahwa ekonomi Indonesia tidak hanya pulih dari aspek low base, tapi juga berhasil menyerap tenaga kerja.  

Jadi artinya sepanjang pemulihan ekonomi paling tidak sampai Februari 2021 sudah menciptakan 2,6 juta lapangan pekerjaan baru. Dengan adanya 2,6 juta lapangan kerja baru, tingkat pengangguran berhasil dipangkas hingga mencapai 1,02 juta orang.  

Sementara dari sisi kemiskinan dan pengangguran yang sempat meningkat akibat Covid-19 juga telah berhasil diturunkan. Angka kemiskinan menurun dari 10,19 persen pada September 2020 menjadi 10,14 persen pada Maret 2021.  

Sedangkan, angka pengangguran turun dari 9,77 juta orang atau 7,07% pada Agustus 2020 menjadi 8,75 juta orang atau 6,26% pada Februari 2021. Jadi, kinerja perekonomian Indonesia telah menyembulkan pelangi (sudah kembali ke masa sebelum pandemi), namun masih banyak pekerjaan rumah yang mesti segera dituntaskan. 

Pembangunan Ekonomi ke Depan 

Menyimak kondisi saat ini negara Indonesia perlu segera menjemput momemtum secaara seksama dengan memperluas objek pertumbuhan ekonomi. Proposal pekerjaan rumah saat ini mesti segera dituntaskan dan jelas harus segera dikembangkan. 

Pertama, mengoptimalkan dan mendukung momentum dana yang telah terkucur besar pada program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) yakni kurang lebih sebesar 600 triliun, sehingga ekonomi Indonesia kedepan dapat terproyeksi lebih baik dari sebelumnya menjelang akhir tahun dan pergantian tahun baru tahun 2022.  

Kedua, momentum pertumbuhan ekonomi juga harus segera di jemput dengan koordinasi dan transformasi program kebijakan simpul-simpul elemen perekonomian utama agar program road map kerjanya selaras untuk memajukan Indonesia lebih baik dalam mewujudkan negara yang Adil dan Makmur. 

*Penulis adalah Kader HMI Cabang Surabaya dan Alumni FEB Unair.


Tinggalkan Komentar