Kebangkitan Neo-Komunisme di Indonesia - Telusur

Kebangkitan Neo-Komunisme di Indonesia


Oleh : Daniel Mohammad Rosyid

Sinyalemen Bung Karno atas ancaman nekolim pada Republik ini telah menjadi kenyataan walaupun mungkin tidak seperti yang Bung Karno bayangkan. 

Saat kapitalisme liberal sebagai ideologi hegemonik sempoyongan dihajar pandemi, AS yg semakin inward-looking dan unilateralis, dunia menyaksikan kebangkitan China komunis sebagai raksasa baru mengisi kekosongan kepemimpinan global yang ditinggalkan AS di bawah Trump. 

Selama paling tidak 20 tahun terakhir ini, wacana publik dipenuhi oleh narasi islamophobic Barat yang diamini begitu saja oleh pemerintah seolah NKRI dan Pancasila terancam oleh Islam radikal.

Khilafah dibenturkan dengan NKRI lalu dijadikan hantu untuk menakut-nakuti masyarakat dan ummat Islam awam sendiri. Pemerintah terkooptasi wacana ini lalu tunduk dengan membentuk Badan Pembinaan Ideologi Pancasila dan pemberhentian ijin ormas HTI. 

Bahkan dalam setahun ini, DPR yang diprakrasai oleh PDIP telah meluncurkan RUU Haluan Ideologi Pancasila sebagai sebuah tafsir kiri atas Pancasila sebagai kesepakatan agung para pendiri bangsa ini pada 18/8/1945. 

Setelah ditolak secara luas oleh ummat Islam se-Indonesia, RUU HIP inisiatif DPR itu ditunda persetujuannya oleh Pemerintah. Namun kini lahir RUU BPIP untuk memperkuat basis legal BPIP yang selama ini hanya didukung oleh Kepres.

Sejarah kelam Republik kini bisa terulang kembali jika umat Islam lengah. Sulit menolak kesan bahwa kebangkitan neokomunis sedang terjadi melalui rangkaian narasi yang menyudutkan Islam dan kaum muslim serta kelahiran regulasi yang hendak melakukan makar konstitusional dengan mereduksi Pancasila dalam Pembukaan UUD 1945 menjadi Trisila dan Ekasila versi Bung Karno.  

Upaya tafsir komunisme atas UUD1945 ini dilakukan setelah pemalsuan konstitusi UUD1945 melalui serangkaian amandemen sejak 1998 hingga 2002 sehingga saat ini praktis ditafsirkan secara kapitalis dan komunis sekaligus. 

Namun segera harus dicatat, dalam tesis benturan peradaban Samuel Huntington lebih dari 20 tahun silam, bahwa sejarah akan diwarnai terutama oleh benturan peradaban kapitalisme Barat, Komunisme China dan Islam.  

Peperangan dan konflik setelah perang dingin akan dan kini telah terjadi bukan antar negara, tapi antara identitas budaya dan agama. Salah satu cara mengalahkan Islam di Indonesia adalah dengan menghidupkan kembali tradisi-tradisi pagan pra-Islam di berbagai kawasan di Nusantara sambil mengatakan bahwa Islam adalah budaya Arab transnasional. 

Proyek war on terror yang dikumandangkan Bush sejak penghancuran 9/11 WTC telah diarahkan untuk memerangi Islam. Islam dianggap mengancam nilai-nilai Barat seperti demokrasi yang kemudian dibenturkan dengan khilafah.  

Di Indonesia, proyek ini muncul melalui program deradikalisasi dan pembentukan BNPT dan Densus88. Korban muslim para terduga teroris telah berjatuhan oleh kedua lembaga anti-teror ini. Kini bahkan BIN memiliki pasukan khusus. 

Sementara itu apa yang dilalukan Partai Komunis China di Xinjiang atas komunitas muslim Uyghur juga jelas program deislamisasi.  

Islam dianggap ideologi yang berbahaya bagi komunis sehingga perlu dilemahkan melalui program cuci otak di kamp-kamp konsentrasi serta depopulasi muslim Uyghur melalui sterilisasi perempuan Uyghur.  

Di Indonesia, cuci otak sekulerisasi dilakukan melalui persekolahan massal. Kasus genosida muslim Rohingya di Myanmar adalah bukti mutakhir saat kapitalisme AS dan komunisme China bersekongkol diam membiarkan kekejian biadab ini terjadi. 

Proyek anti-Islam tahap akhir itu kini sedang berlangsung di Indonesia. Secaraecara ekonomi, baik AS maupun RRC saat ini adalah penganut kapitalisme.  

Investasi AS ke Indonesia sejak Orde Baru telah dilakukan melalui perusahaan-perusahaan tambang dan energi seperti Chevron dan Freeport.  

Melalui program One Belt One Road nya, selama 5 tahun terakhir China melalui BUMN milik pemerintah RRC telah melakukan investasi besar- besaran di banyak negara satelitnya, termasuk Indonesia, dengan supervisi PKC. 

Proyek sekulerisasi melalui deislamisasi Indonesia oleh persekutuan AS-Barat dan RRC telah dinubuwatkan bahwa kelompok yang paling keras memusuhi ummat Islam adalah kelompok Yahudi-Barat kapitalis dan kelompok musyrik komunis. Inilah yang kini dijalankan di Indonesia.  

Kedua kelompok ini memandang agama tidak relevan bagi human progress, lalu menemukan Islam sebagai musuh bersama. Kombinasi RUU Omnibus Law, UU Minerba, dan RUU HIP/BPIP adalah bukti perselingkuhan kapitalisme dan komunisme untuk melumpuhkan ummat Islam di Indonesia dalam melestarikan penjajahan atas Republik ini.  

*Penulis adalah Ketua Yayasan Pendidikan Tinggi Dakwah Islam (YPTDI), CEO Rosyid College of Arts and Maritime studies (RCAM) yang beralamat di Gunung Anyar, Surabaya dan Penulis Buku.


Tinggalkan Komentar