Oleh : Firman Syah Ali

Pada hari ini 92 tahun yang lalu, perkumpulan-perkumpulan pemuda Hindia Belanda bertemu di Ibukota Hindia Belanda dengan sepenuh semangat dan  cita-cita untuk kemerdekaan Hindia Belanda dari penjajahan Belanda.

Para pemuda pejuang tersebut tidak lagi menyebut tanah air mereka sebagai Hindia Belanda, tapi mereka memberi nama baru yaitu Indonesia. Ini sangat revolusioner, sangat berani dan sangat luar biasa.

Nama Indonesia yang berarti "Kepulauan India" ini ditemukan oleh ilmuwan Inggris James Richardson Logan pada tahun 1850. Kita harus ikhlas diberi nama "India" karena tanah tumpah darah kita ini dulunya memang bernama India. Kepulauan kita tercinta ini merupakan bagian dari India Raya dan lebih populer dengan sebutan India Timur.

Orang Arab dan Khilafah Utsmaniyah di Turki menyebut wilayah kita Hindhis Syarqiyah (India Timur), sedangkan bangsa Belanda menyebut wilayah kita Oost Indies (India Timur), terakhir Jepang menyebut wilayah kita sebagai To-Indo (India Timur). 

Kongres Pemuda II bukanlah kelompok politik pertama yang menggunakan nama Indonesia, empat tahun sebelum Kongres Pemuda II nama Indonesia untuk pertama kali digunakan oleh Partai Komunis Indonesia (PKI).

Keberanian PKI dan Kongres Pemuda II menggunakan nama Indonesia merupakan tamparan keras yang menakutkan bagi pemerintah Hindia Belanda.  Dan ketakutan itu terbukti setelah  17 tahun kemudian Hindia Belanda merdeka diproklamasikan dengan nama Indonesia. 

Keberanian, ketegasan, kebersamaan dan kebersatuan dalam keberbedaan adalah api dari Sumpah Pemuda.  

KEBERANIAN 

Leluhur bangsa kita adalah leluhur yang gagah berani sejak zaman pra kolonial. Leluhur kita berani menyeberangi laut luas untuk mempersatukan seluruh wilayah nusantara. Raja Balaputera Dewa, Raja Kertanegara dan Mahapatih Gajahmada adalah tiga orang leluhur kita yang gagah berani mempersatukan banyak wilayah nusantara dalam satu kesatuan negara. 

Kegagahberanian inilah yang diwarisi oleh para peserta Kongres Pemuda II untuk bersatu tekad menyatakan satu tumpah darah, satu tanah air, satu bangsa dan satu bahasa yaitu tanah air, bangsa dan bahasa Indonesia. 

Kegagahberanian yang sama hendaknya kita warisi saat ini dalam menghadapi radikalis dan teroris yang hendak merongrong NKRI. Jumlah mereka tidak banyak namun arogansinya luar biasa, operasinya sangat terstruktur, sistematis dan masif (TSM). Kita harus gagah berani melawan mereka. 

KETEGASAN 

Keberanian saja tidak cukup, para pemuda bangsa Hindia Belanda juga punya ketegasan sikap bahwa mereka ingin merdeka. Ketegasan mereka untuk menuju Indonesia merdeka itu dinyatakan secara terang-terangan dalam hasil Kongres Pemuda II yang kemudian disebut Sumpah Pemuda. 

Kita hendaknya mewarisi ketegasan leluhur kita para peserta Kongres Pemuda II tersebut, misalnya kita harus tegas terhadap kelompok pengusung ideologi politik Khilafah yang jelas-jelas anti NKRI, kalau kita tidak tegas terhadap mereka maka tunggulah saat kehancuran bangsa ini. 

Kita patut apresiasi POLRI yang telah bertindak tegas terhadap para pemecah belah bangsa, penyumpah serapah sesama anak bangsa, diantaranya Sugi Nur Raharja yang kerap menyebut dirinya sebagai Gusnur yang baru saja ditangkap dan ditahan. 

KEBERSAMAAN 

Para pemuda pejuang sadar bahwa butuh kebersamaan untuk mewujudkan cita-cita kemerdekaan. Maka berkumpullah mereka dalam sebuah kongres yang akhirnya melahirkan Sumpah Pemuda dan Lagu Kebangsaan Indonesia Raya. 

Begitupun saat ini dalam menghadapi rongrongan kaum radikalis dan teroris kita butuh kebersamaan terutama di media sosial. Mereka merongrong keutuhan bangsa kita terutama melalui gerakan kejahatan siber yang masif dan terorganisir. Kita sebagai pembela bangsa dan negara juga harus bergerak secara masif dan terorganisir dalam melawan kejahatan siber mereka. 

KEBERSATUAN DALAM KEBERBEDAAN 

Para peserta Kongres Pemuda II terdiri dari berbagai suku, agama, ras dan ideologi dan aliran yang berbeda, namun mereka bersatu tekad menyatakan diri sebagai satu bangsa yaitu bangsa Indonesia.  

Kita hendaknya mewarisi semangat ini dengan cara mengembangkan jiwa moderat dan toleran serta mengikis habis kelompok-kelompok radikal dan intoleran yang hendak merobohkan NKRI tercinta. 

Bhinneka Tunggal Ika merupakan jiwa bangsa kita, nyalakan terus di dalam hati jangan pernah padam. Gilas habis para musuh Bhinneka Tunggal Ika. Jangan ada ragu sedikitpun. 

MUSUH SUMPAH PEMUDA 

Pada saat diikrarkan pada tahun 1928, musuh Sumpah Pemuda adalah Penjajah Belanda. Setelah Indonesia merdeka, musuh Sumpah Pemuda adalah para pemberontak dan separatis seperti DI/TII, PKI, PRRI/PERMESTA, RMS dan lain-lain. 

Saat ini musuh Sumpah Pemuda tidak jauh-jauh dari  itu yang kemudian dibungkus dengan istilah Raka Raki, singkatan dari Radikalis Kanan dan Radikalis Kiri. Kita kaum tengah juga harus bersikap radikal dalam memberantas mereka, bisajadi gara-gara sikap tersebut kita disebut Rateng (Radikalis Tengah), tidak apa-apa yang penting kita bersatu. 

KOBARKAN TERUS APINYA 

Menghadapi ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan dari kaum radikalis, teroris dan intoleran tersebut hendaknya kita selalu waspada, jangan biarkan api Sumpah Pemuda padam dari dalam dada kita. Sebab kalau api tersebut sampai padam maka yang tersisa hanya abu. Ketika Sumpah Pemuda hanya tersisa abu, maka tidak sulit bagi para perongrong NKRI untuk mengakhiri riwayat bangsa ini. 

Kita harus belajar dari runtuhnya Majapahit. Majapahit runtuh karena api Sumpah Palapa telah padam dari dalam dada para pemimpin dan rakyat Majapahit. Majapahitpun pecah menjadi banyak bangsa dan negara, menjadi abu. 

Dan kalau sampai senasib dengan Majapahit, Indonesiapun hanya akan tinggal sejarah dan kenangan. Semoga itu tidak pernah terjadi. 

*Penulis adalah Koordinator Wilayah Sahabat Mahfud MD Jatim, Pengurus Wilayah NU Jatim, Bendahara Umum PW IKA PMII Jatim, BPO DPP HKTI Jatim.