Indonesia Negara Dermawan dan Saling Bantu Sesama Aktivis - Telusur

Indonesia Negara Dermawan dan Saling Bantu Sesama Aktivis


- Untuk Juli Nugroho

Oleh : Denny JA

Saya baca teks di Japri itu.

“Denny,…

Saya sudah mentransfer uang XXX rupiah ke 50 penerima donasi, para aktivis. 40 dari para penerima donasi itu mengirimkan WA kepada saya dengan mengatakan diri anak (nama dua WA grup).

Dan 10 lainnya saya dapat dari (nama aktivis), yaitu para janda-janda aktivis. Di dalamnya termasuk janda (tiga nama aktivis terkemuka yang sudah wafat).

Juga saya kirim ke janda (nama aktivis meninggal 10 hari lalu) dan janda (nama aktivis) yang meninggal 4 hari lalu. 

Ada juga janda yang melamar sendiri yaitu (nama aktivis besar lain).

Bukti transfer disesuaikan dengan nomor urut penerima. 

Misalnya no 1, maka di bukti transfer penerima ada tulisan satu. Ini untuk memudahkan cek. 

Sebelumnya, nama itu sudah saya kirim ke (nama dua aktivis) untuk verifikasi. Ms X menyatakan kenal semua nama. Mr Y mengenal 92 persen. 

Ada satu nama yang tak kenal yaitu A, yang ternyata di WAG namanya agak beda.  

Beberapa aktivis juga sudah menyatakan menerima uang meski saya belum kabari. Saat ini saya sedang mengirimkan bukti transfer ke mereka.  

Beberapa sempat curhat menyatakan terima kasih karena sedang isoman, butuh biaya sekolah anak dan gizi agar terhindar dari Covid. Hidup memang begitu berat di era Covid ini. 

Ada nama yang dobel yaitu Ms X karena seorang penerima rekeningnya diblokir lalu nitip rekening itu.  

Ada juga Mr S, dobel, karena satu penerima (nama aktivis), yang lumpuh beberapa tahun terakhir, tak punya rekening.  

Nanti Mr S akan antar sendiri uang itu padanya. 

Akhirnya, ini pekerjaan yang menyenangkan hati. Terima kasih pada Denny yang mempercayakan saya melakukan pekerjaan mulia ini.  

Insya Allah malaikat akan mencatat amal baik Denny ini. 

CC: Ms X dan Mr Y” 

Sengaja semua nama saya samarkan. Karena yang penting pesan dari teks ini. 

Pengirim teks adalah Elza Peldi Taher. Ia kawan lama sejak di Proklamasi, sejak tahun 1983. 

Tiga hari lalu saya meminta tolong padanya. Agar ia menjadi koordinator untuk membantu 50 teman aktivis yang kini sangat sulit. 

Saya ceritakan pada Elza, 9 aktivis sudah wafat dalam bulan Juni-Juli 2021 ini. Sebagian saya kenal. Dan satu nama, Juli Nugroho, sangat saya kenal. 

Saya merasa bersalah tak sempat membantu Juli apa-apa. Saya tak tahu ia sakit. “Cepat sekali Bro prosesnya. Juli hanya terpapar Covid-19 lima hari. Hari kelima langsung wafat.” 

Juli acapkali datang menemui saya jika ia ke Jakarta. Sangat terasa jiwa sosialnya. 

Acapkali ia datang, tak pernah ia meminta bantuan untuk dirinya. Ia hanya membawa cerita tentang teman-teman aktivis lain, yang perlu dibantu. 

Mengenangnya, saya teruskan spirit Juli, membantu teman-teman aktivis itu. Bukan besar kecilnya bantuan, tapi keikhlasan dan kesadaran. Memang ini era “yang lebih mampu” membantu “yang kurang mampu.” 

Elza meneruskan beberapa pesan.  

“Ini Denny, beberapa pesan yang masuk.” 

Saya baca beberapa pesan itu: 

“Kami berempat. Serumah (istri & dua anak) sedang jalani isoman karena terpapar Covid-19 bergiliran. 

Kendati masih bisa saya handle, namun stock nutrisi imun/vit pasti cepat menyusut, dan harus segera kita upayakan beli kembali. 

Senang sekali Saudaraku bisa bantu fasilitasi kebutuhan kami. Trims.” 

Saya membaca pesan lain yang diforward Elza. 

“Tolong disampaikan kepada Bpk Denny JA bahwa bantuan dari beliau sangat berarti bagi saya dan keluarga di tengah Covid.  

Saya, istri dan anak alhamdulillah sehat. Tapi dua ipar saya dan anak-anaknya kena Covid.  

Kami bersaudara saling bantu untuk berobat, sementara kebutuhan buat nafkah hidup juga tidak bisa ditawar.  

Bantuan dari bpk Denny sangat berarti bagi kami. 

Kami doakan semoga pahala berlimpah dari Allah SWT utk bpk Denny JA dan keluarga. Wasalam.” 

Saya membaca lagi pesan lain. 

“Terima kasih banyak abang Denny. Sangat membantu biaya sekolah anakku. Semoga menjadi amal kebaikan bagi Kang Denny dan temen2 yg mengurus penyaluran kebaikan ini.” 

Saya membaca juga pesan ini: 

“Makasih banyak atas kebaikan bang Denny JA. Sangat berarti uang ini bagi kami yang sedang tak bisa usaha kemana mana.  

Semoga abang Denny JA selalu sehat dan diberkati.” 

Elza kembali mengirim pesan lain. 

“Bang Elza saya mengucapkan beribu terimakasih dan salam hormat serta terimakasih saya juga untuk mas Denny JA. Semoga beliau senantiasa sehat dan tetap baik hati membantu orang lain.” 

Apa yang saya kerjakan hanyalah debu. Namun spirit berderma memang menjadi kultur utama Indonesia. 

Tidaklah heran, Indonesia dianggap negara paling hebat top 10 di dunia untuk soal derma. 

The Charities Aid Foundation adalah lembaga dunia berpusat di Inggris. Lembaga ini mengembangkan World Giving Index untuk mengukur tingkat derma setiap negara. 

Mereka mensurvei 125 negara dengan total 1, 3 juta responden. Setiap tahun mereka mengeluarkan report rangking negara melalui index itu. 

Indonesia berada dalam Top 10 negara yang paling bederma. 

Tidaklah heran. Memang kita rasakan. Denyut saling membantu itu terasa. Apalagi di saat pandemi ini. 

Saya kembali teringat Juli Nugroho. 

“Juli Nugroho, sahabatku. Maafkan aku yang telat tahu kematianmu. Bahkan tak pula kutahu kau terpapar. 

Atas namamu, kuniatkan membantu teman-teman kita para aktivis.  

Semoga derma ini sampai padamu.” 

*Penulis adalah Konsultan Politik, Founder LSI-Denny JA, Penggagas Puisi Esai, Sastrawan dan Penulis Buku.


Tinggalkan Komentar