telusur.co.id - Terhitung sejak tahun 2017 hingga 2019, penduduk pemilik jaminan kesehatan berupa BPJS, asuransi swasta, dan lainnya terus mengalami kenaikan. 

Namun hasil riset Lifepal.co.id menunjukkan bahwa komposisi penduduk pemilik jaminan kesehatan terbesar adalah mereka yang mengenyam pendidikan tinggi.

Menurut Statistik Profil Kesehatan Indonesia 2019 yang dipublikasikan Badan Pusat Statistik (BPS), terlihat bahwa persentase pemilik jaminan kesehatan tertinggi baik berupa BPJS Kesehatan atau asuransi swasta, adalah masyarakat dengan tingkat pendidikan lebih tinggi (dengan riwayat pendidikan tamatan perguruan tinggi).  

Yang juga menarik, ternyata tingkat kepemilikan asuransi swasta di kalangan penduduk tidak tamat sekolah atau tidak pernah sekolah bukanlah yang terendah.

Makin tinggi pendidikan makin besar tingkat kepemilikan asuransi atau BPJS Kesehatan

Data di atas menunjukkan, semakin tinggi tingkat pendidikan suatu kelompok penduduk, maka makin besar pula persentase kepemilikan jaminan kesehatan. 

Jaminan kesehatan yang masuk dalam perbandingan di atas sudah mencakup BPJS Kesehatan, Jamkesda, asuransi kesehatan swasta, asuransi yang didapat pegawai dari perusahaan, dan lain sebagainya.

Jumlah penduduk yang tidak tamat SD atau tidak mengenyam pendidikan formal yang memiliki jaminan kesehatan ternyata tidak mencapai 60% dari total populasi. 

Dari segi pertumbuhannya, penambahan kepemilikan jaminan kesehatan selama tiga tahun, kepemilikan penduduk di kelompok kategori ini juga paling rendah, yakni hanya 6% saja. 

Sementara itu, jumlah pemilik asuransi dari kelompok penduduk tamatan universitas atau setara tembus 80% dari total populasi. Selama tiga tahun, pertumbuhan kepemilikan asuransi dari penduduk kategori ini adalah 9%. 

Uniknya, pertumbuhan kepemilikan jaminan kesehatan tertinggi ada pada penduduk tamatan SMP atau sederajat. Dalam tiga tahun, kepemilikan jaminan kesehatan bagi penduduk kategori ini naik 14%. 

Pemilik asuransi kesehatan swasta terbanyak adalah para sarjana 

Di tahun 2019, tercatat bahwa ada 4,51% penduduk dengan tingkat pendidikan tinggi (sarjana) yang memiliki asuransi kesehatan swasta.  

Sementara itu jumlah penduduk di kategori tidak tamat SD atau belum pernah sekolah yang memiliki asuransi hanyalah 0,75% dari total populasi. 

Membuktikan bahwa tingkat pendidikan tidak berkorelasi langsung dengan jumlah kepemilikan asuransi, terlihat pada tingkat kepemilikan asuransi kesehatan swasta bagi penduduk kategori tidak lulus SD atau belum pernah sekolah ternyata masih lebih tinggi daripada penduduk tamatan SD dan SMP. 

Terkait BPJS Kesehatan, 73,99% dari total populasi penduduk berpendidikan tinggi yang memiliki jaminan kesehatan tersebut. Namun untuk kategori penduduk kategori tidak tamat SD maupun belum pernah sekolah, jumlahnya adalah 49,24%. 

Semua orang berhak atas jaminan kesehatan yang baik 

Jaminan kesehatan tentunya menjadi salah satu solusi kunci untuk mengatasi risiko finansial akibat biaya kesehatan. Terlepas dari tinggi atau rendahnya tingkat pendidikan seseorang, besar atau kecilnya pengeluaran, penting sekali untuk selalu melindungi diri dengan memiliki jaminan kesehatan, baik BPJS maupun asuransi swasta. 

Hal itu disebabkan karena inflasi atau kenaikan harga barang dan jasa yang berkaitan dengan kesehatan, mengalahkan inflasi tahunan maupun kenaikan gaji bersih rata-rata dari pegawai formal. 

Dengan ini, menjadi penting bagi kita semua untuk saling mengingatkan pentingnya kepemilikan jaminan kesehatan kepada keluarga dan teman-teman semua.  

Begitu juga bagi pemerintah maupun institusi pendidikan untuk bergandeng tangan dalam memberikan pengetahuan literasi finansial lebih bagi masyarakat Indonesia. (ari)