Oleh : dr Samuel Wawirahi Wahono

Pernahkah anda merasa pusing yang berulang dan kambuh pada saat sore hari setelah aktivitas? Sinusitis merupakan suatu proses peradangan pada mukosa atau selaput lendir sinus paranasal yang dapat berupa sinusitis frontalis, etmoidalis, maksilaris, sfenoidalis. 

Sinus maksilaris adalah sinus yang paling sering terinfeksi oleh karena merupakan sinus yang paling besar dan dasar sinus adalah berhubungan dengan akar gigi geraham atas sehingga infeksi gigi dapat menyebabkan terjadinya sinusitis maksilaris. 

Sinus maksilaris adalah ruang atau rongga berbentuk piramida terbalik yang berada disamping hidung kita atau di daerah pipi kanan dan kiri. 

Faktor predisposisi yang mempermudah terjadinya sinusitis adalah kelainan anatomi hidung, pembesaran konka hidung misalkan akibat influenza, polip hidung, dan rhinitis alergi. Terjadinya sinusitis dapat merupakan perluasan infeksi (virus, bakteri, jamur) dari hidung, gigi dan gusi, amandel, dan lain-lain. 

Dapat diklasifisikasikan menjadi tiga yaitu akut (terjadi kurang dari 4 minggu); subakut (terjadi 4 minggu sampai 3 bulan); dan kronis (terjadi lebih dari 3 bulan). 

Gejala sinusitis maksilaris sendiri dapat berupa demam, nyeri kepala sebelah saat sore hari namun pagi harinya mereda,wajah terasa bengkak dan penuh, gigi terasa nyeri saat gerakan kepala secara mendadak (naik turun tangga), nyeri pipi yang khas yang tumpul dan menusuk, secret mukopurulen (riak kehijauan) yang keluar dari hidung dan berbau busuk. 

Pengobatan tergantung dari penyebabnya, terbagi menjadi konservatif dan aktif. Secara konservatif di antaranya pemberian antibiotik untuk sinusitis yang dicurigai oleh infeksi bakter, jika penyebabnya virus umumnya tidak diperlukan antibiotik, analgetik untuk meredakan nyeri, dan istirahat yang cukup. Secara aktif dapat dilakukan tindakan drainage sinus secara berkala. Tindakan yang lebih invasif adalah dengan pembedahan.

Pencegahan merupakan upaya yang dapat dilakukan untuk menghindari faktor penyebab ataupun faktor risiko dari penyakit itu sendiri, misalnya: jika terserang infeksi saluran pernafasan atas segera berobat ke dokter, perawatan  gigi yang bolong atau perawatan berkala ke dokter gigi, menghindari faktor alergi jika mengidap rhinitis alergika (pilek yang disebkan oleh faktor alergi seperti debu, serat kain, dan lain-lain) dan yang paling penting adalah kenalilah gejala-gejala secara dini dan jalani pola hidup sehat. 

Mengenal Lebih Dekat Tentang Otitis Media Akut 

Otitis media akut adalah infeksi telinga oleh bakteri atau virus. Otitis media akut bisa terjadi pada semua usia, tetapi paling sering ditemukan pada anak anak terutama usia 3 bulan-3 tahun. 

Penyebabnya adalah bakteri atau virus. Biasanya penyakit ini merupakan komplikasi dari infeksi saluran pernafasan atas (common cold). Virus atau bakteri dari tenggorokan bisa sampai ke telinga tengah melalui tuba eustacius atau kadang melalui aliran darah.  

Otitis media akut juga bisa terjadi karena adanya penyumbatan pada sinus atau tuba eustachius akibat alergi atau pembengkakan amandel. 

Biasanya gejala awal berupa sakit telinga yang berat dan menetap. Bisa terjadi gangguan pendengaran yang bersifat sementara.  

Anak-anak yang lebih muda bisa mengalami mual, muntah, diare, dan demam sampai 40,5 derajat celcius. Gendang telinga mengalami peradangan dan menonjol. Jika gendang telinga robek, akan keluar cairan yang pada awalnya mengandung darah lalu berubah menjadi cairan jernih dan akhirnya berupa nanah. 

Akibatnya timbul komplikasi yang serius seperti infeksi pada tulang di sekitar telinga tengah (mastoiditis atau petrositis), labirinitis (infeksi pada kanalis semisirkularis), kelumpuhan pada wajah, tuli, dan peradangan pada selaput otak (meningitis). 

Tanda-tanda terjadinya komplikasi antara lain sakit kepala, tuli yang terjadi mendadak, vertigo (perasaan berputar), dan demamserta menggigil. 

Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan telinga dengan otoskop. Untuk menentukan organisme penyebabnya dilakukan pembiakan terhadap nanah atau cairan lainnya dari telinga. 

Infeksi diobati dengan antibiotika per-oral (melalui mulut). Pilihan pertama adalah amoxicicilin, tetapi untuk penderita dewasa diberikan penisilin dosis tinggi. Obat flu yang mengandung phenliephrine bisa membantu membuka tuba eustacius dan jika terdapat alergi bisa diberikan antihistamin. 

Miringotomi dilakukan jika nyerinya menetap atau hebat, demam, mual, muntah atau diare jika gendang telinga menonjol. Pada prosedur ini dibuat sebuah lubang pada gendang telinga untuk mengeluarkan cairan dari telinga tengah. Pembuatan lubang ini tidak akan mengganggu fungsi pendengaran penderita dan nantinya akan menutup kembali dengan sendirinya. 

*Penulis adalah Dokter Umum di RSIA Pusura Tegalsari, Surabaya.